Senin, 09 Desember 2013

Tapos Wakil Depok Raih Juara Dua Lomba Inovasi Masakan Serba Ikan Tingkat Provinsi Jabar

Dengan mengantongi nilai 98,5 Tim PKK Kota Depok berhak meraih Juara Kedua dalam Lomba Inovasi Masakan Serba Ikan Tingkat Provinsi yang diadakan beberapa waktu lalu  di Kantor Gubernur Jawa Barat, Gedung Sate Bandung. Dalam lomba ini, PKK Kota Depok diwakili oleh tim PKK Kecamatan Tapos yang diketuai oleh Elis Sartika.
” Alhamdulillah kami mendapatkan juara kedua. Kami sangat bersyukur dan semoga tahun depan kami bisa meraih juara satu dan mewakili Jawa Barat di tingkat nasional, ” syukur Elis.
Sementara itu Enny Fitri, selaku ketua Pokja 3 PKK Kota Depok mengucapkan terima kasih dan rasa bangganya kepada tim yang sudah bekerja keras dalam lomba ini.
” Ini merupakan peningkatan karena tahun lalu kami hanya mendapat juara harapan satu. Mendapatkan peringkat dua menjadi bukti bahwa kader sangat semangat, kami selalu support agar mereka membuktikan mereka bisa, ” ujar Enny.
Dalam lomba tahun ini, tim PKK Kota Depok menyajikan lima menu ikan dan udang yang menggugah selera, yaitu nila jalapat, sukun udang, sate udang, puding udang, patin campernik  dan patin campernik.

” Panitia mengharuskan peserta membuat tiga kategori menu, yaitu menu untuk balita, keluarga dan kudapan, ” jelas Enny.

Rabu, 06 November 2013

Sejarah Tapos : Tahwos, Asal Mula Nama Tapos



Tumenggung Kertiwongso berkata: “Panjenengan dipun perintahaken Kanjeng Sultan Agung anyawisaken wos” (terjemahan: Anda diperintahkan Kanjeng Sultan Agung menyediakan beras). Raden Bagus Wanabaya menjawab: “Panjenengan cekap ngaturaken TAHWOS, supados telik sandi kebo bule mboten saget nginten laladan mriki” (terjemahan: Anda cukup mengatakan TAHWOS, supaya mata-mata orang bule/kompeni tidak bisa mengawasi kawasan disini). Dari kata Tahwos itulah kemudian lama kelamaan berubah menjadi Tapos.

Percakapan dua orang itu, Tumenggung Kertiwongso dan Raden Bagus Wanabaya, terjadi pada tahun 1628 M. Tumenggung Kertiwongso adalah utusan resmi Sultan Agung dari Mataram. Seorang Raja yang sangat anti dengan Belanda. Sedangkan Raden Bagus Wanabaya adalah anak Ratu Pembayun, seorang putrid Panembahan Senopati, Sultan Mataram yang pertama.

Menurut Hasnan Habib, dkk dalam Buku Jejak Pahlawan Kali Sunter, di Tapos pula dimakamkan para pahlawan yang gigih melawan penjajahan Belanda yang berpusat di Batavia (Jakarta). Makam yang sangat dihormati adalah makam Ratu Pembayun di Kebayunan. Warga setempat menyembutnya makam Mbah Mbayun. Disaat itu Tapos masih berupa hutan belantara. Dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari Batavia, maka para pejuang menjadikan Tapos sebagai markas gerilyawan.

Ketika Belanda menyerang Keraton Surosuwan di Banten (1682 M), Sultan Ageng Tirtayasa beserta pasukannya melawan dengan gigih. Karena kalah persenjataan, maka Sultan dan pengawalnya menyelamatkan diri di daerah Kali Sunter – Kali Cikeas, di kawasan Tapos sekarang.

Berdasarkan catatan sejarah dalam buku tersebut ternyata Tapos yang diresmikan sebagai salah satu kecamatan di Kota Depok tahun 2010 menyimpan banyak kisah heroik dan patriotik yang jarang diketahui warganya.

Dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun Kota Depok ke 14 tanggal 27 April 2013, ada baiknya kita mengingat kembali jejak pejuang yang telah mempertahankan Negara dan bangsanya dari penjajahan. Walaupun dalam naskah sejarah di sekolah-sekolah tidak pernah terungkap, tetapi dengan catatan ini dapat memacu kita untuk mengkaji lebih lanjut. 

//KIM Kel Tapos